Jun 14, 2016

Berbagai sudut pandang.

Sekarang ini, sepertinya makin susah melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Seperti halnya yang saya bahas di post sebelumnya, ketika kita berpendapat kemudian ada yang mungkin salah dari pendapat kita atau mungkin ada yang tak sependapat akan rawan adanya bully. Wong sesuatu yang benar aja masih sering dibully kok, apalagi yang salah.

Jadinya, kok rasanya semua hal itu kebanyakan hanya dilihat dari satu sudut pandang saja. Sudut pandang mayoritas. Hehe, itu sebutan saya sih.



Seperti kasus yang sedang banyak terjadi belakangan ini. Pemerkosaan, yang berujung pembunuhan.

Semua orang pastinya sepakat, perkosaan apalagi sampai terjadi pembunuhan itu hal yang sangat salah, biadab. Semua orang menyalahkan pelaku, pastinya. Mengasihani korbannya, pastinya.

Tak ada yang salah dengan hal itu.

Tapi kemudian, ada orang yang mencoba menyoroti, kenapa pelaku melakukan hal itu?

Selain dorongan nafsu tentunya.

Saat mulai membahas itu, kemudian ada indikasi karena sebelum melakukan orang tersebut menenggak miras. Jadi miras mungkin saja menjadi salah satu faktor pencetus kenapa nafsu yang tadinya anteng jadi nggak anteng. Apa salah pendapat ini? Miras bukan satu-satunya faktor, faktor utamanya adalah nafsu. Tapi apa salah jika mulai diperhatikan pencetusnya?

Kemudian melihat dari pakaian yang dikenakan korban, yang dianggap mengundang birahi kaum adam. Lalu ada yang menghimbau agar orang berpakaian lebih baik lagi, agar tak mengundang birahi kaum adam. Apa salah pendapat ini? Pakaian, sebut saja minim bukan satu-satunya faktor, faktor utamanya adalah nafsu. Tapi apa salah jika ada yang mengajak untuk menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan faktor utama itu hadir.

Satu hal yang mungkin nggak banyak dibahas. Kehadiran orang tua. Beberapa kali saya baca, seorang anak, bahkan masih balita, diperkosa hingga tewas oleh orang yang dikenalnya. Guru, tetangga, bahkan saudara. Saya bertanya, dimana orang tuanya? Salahkah pertanyaan saya? Anak itu anugrah, sekaligus titipan, amanah yang harus dijaga. Hal itu mungkin bukan satu-satunya faktor, faktor utamanya adalah nafsu. Tapi apa salah jika kita selalu mawas agar sesuatu yang buruk itu tidak terjadi?

Ah, ya... satu hal lagi tentang orang tua. Bagaimana dengan leberadaan orang tua pelaku. Saya sebagai orang tua hal yang paling saya takutkan adalah apabila anak saya yang menjadi korban (naudzubilah) tapi tak kalah menakutkan adalah jika anak saya menjadi pelaku (naudzubilah).

Saya melihat, semua sedang asyik menyalahkan nafsu. Sedang banyak faktor akhirnya terpinggirkan.

Akan selalu ada sanggaha dalam bentuk pertanyaan. Bagaimana jika miras mulai benar-benar diperhatikan aturannya, bagaimana jika masing-masing kita mulai menjaga kesopanan dalam hal berpakaian, bagaimana jika para orang tua berusaha hadir untuk anaknya, apakah hal diatas tidak akan terjadi.

Tak ada yang bisa memastikan bahwa semua akan terjadi, namun saya yakin semua akan terminimalisir. Kalapun tetap terjadi, sok salahkan nafsu.

Seperti halnya jari saat menunjuk, satu menunjuk ke arah lain sedang yang lain menunjuk kearah kita, buat saya itu artinya kita hendaknya lebih banyak melihat kediri sendiri, dari sudut pandang yang lebih banyak lagi.

4 comments:

  1. that's the point :D
    sebenernya banyak faktor ya yang para netizen ga tau karena mereka ga berada di tekapeh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang aku melihatnya bukan nggak tau, tapi sedikit menutup mata dan telinga... dan hanya fokus pada satu hal saja...

      Delete
  2. Banyak faktor pemicu pemerkosaan. Makanya saya sebagai ortu kok waswas banget kalo anak sampe dipegang oranglain, meskipun org yg saya kenal. Saya lebih aman kalo anak diasuh sama ortunya aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu mbak... misal menyoroti masalah itu, pasti ada aja yang nyinyirin... seakan kita nggak peduli kalau faktor utama nafsu bejat pelaku... Huhu

      Delete