Feb 12, 2015

Mampu gak?


Saat saya upload foto dua bocah ini, beberapa kali sahabat ada yang langsung nyamber nanya, "beda berapa bulan mba'? Kesundulan ya?" Beda mas dan adik itu, 19bulan. Jadi wajar kalau banyak orang bilang "kesundulan". Karena saat hamil adik, si mas bahkan belum genap 1 tahun.

Beberapa sahabat juga ada yang minta saran/berbagi pengalaman saat hamil adik sedang masnya masih belum genap 1tahun. Kalau ada yang tanya, apa punya anak dengan umur yang dekat memang direncanakan? Jawaban saya, bisa ya... tapi bisa juga tidak.

Begini, saat setelah melahirkan Ziandra, saya memutuskan u/ tidak ber KB. Kalaupun KB yang alami saja, KB ASI dan kalender. Waktu itu, Ziandra berhasil ASIX 6bln dan selama itu pula saya tidak kedatangan tamu bulanan. Kata dokter dan bidan, itu normal. Itulah yang namanya KB ASI.
Saat Ziandra usia 7bln, dia mulai MPAsi. Dan sejak saat itu juga tamu bulanan mulai datang. Akhirnya saat itu saya putuskan untuk tidak KB seperti suntik/pil/spiral. KB Kalender aja lah. Dengan pemikiran nanti kalau Ziandra udah usia sekitar 3thn mau program adiknya.

Ternyata rencana Allah berbeda dari rencana saya. Saat Ziandra 10bulan ternyata saya hamil.Entah karena hitungan kalender saya yang nggak pas atau apa, tapi saya yakin saja kalau ini memang rencana Allah.

Saya paham dengan ketakutan sahabat yang tengah mengandung anak ke 2nya sedang anak pertamanya masih belum genap 1tahun. Takut tidak mampu, takut si kakak kurang kasih sayang, takut si kakak iri... dan ketakutan lainnya.

Wajar kok, karena saya dulupun begitu. :D
Kepikiran, mampu nggak ya?

Pertanyaan itu bahkan sudah saya pertanyakan sejak hamil Ziandra. Mampu nggak ya, saya jadi ibu yang baik buat dia? Mampu nggak ya, saya cukupi semua kebutuhannya?

Ada satu kalimat yang selalu dikatakan oleh suami saya, bahkan sebelum masa-masa pertanyaan itu bermunculan, dan makin sering dia ingatkan pada saya.

"Allah memberikan kita cobaan bersama jalan keluarnya, dan Allah percaya kita mampu, karena Allah tak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan kita."

Dan kalimat inilah tambahannya saat pertanyaan itu bermunculan.

"Tentu saja, anak bukanlah cobaan tetapi anugrah. Di mana Allah meminta kita untuk menjaganya. Allah mempercayakannya pada kita, jadi mengapa kita tidak percaya pada diri kita sendiri."

Yup, jika Allah percaya mengapa kita harus meragukan diri kita sendiri. Jikapun pertanyaan itu terkadang muncul lagi, saat itu yang saya lakukan selain terus mensugesti diri saya dengan kalimat itu saya tentunya memantaskan diri untuk menerima kepercayaan itu. Belajar dan belajar lagi. Saya tahu bahwa tidak ada sekolah untuk menjadi seorang ibu, tapi bukankah pengalaman adalah hal yang berharga, walau mungkin bukan dari pengalaman pribadi.

Itu juga yang menjadi alasan saya menuliskan ini, berbagi pengalaman. Karena bukankah berbagi itu tak pernah rugi?!

No comments:

Post a Comment