Nov 8, 2020

Rejekiku ya, mereka.

Menanam kebaikan, insyaAllah akan menuai kebaikan pula. Benar, kan? Tapi pernah nggak, ketika memberi sesuatu entah apa kepada orang lain, tanpa sadar terbersit pemikiran, semoga gantinya lebih baik. 

Sama halnya dengan ketika kehilangan, salah satu cara untuk mengikhlaskan kadang dengan berpikir “semoga gantinya lebih baik!” Salah? Nggak juga sih.

Tapi seseorang pernah mengingatkan saya, “luruskan kembali niat”, awalnya saya nggak ngeh dengan kalimat itu. Sampai kemudian dia berujar, niat membantu itu ikhlas tanpa mengharapkan balasan apapun, bahkan kepada Allah. Makdeg.

Ada satu cerita, dulu ketika saya kuliah dan mulai bekerja, ibu/mami sering banget tiba-tiba minta uang. Nggak banyak, seribu dua ribu. Awal-awal saya kasih, tapi ketika terus menerus saya mulai menggerutu. Kakak saya bilang, ih sama mami sendiri dimintain kok ngeluh. Nanti dibales Tuhan lebih banyak.

Nah, karena kata-kata itu saya ngasih sih ngasih, tapi mengurangi menggerutu, gantinya ngarep balesan. Apakah ada balasan? Ya mungkin atau pasti ada, tapi saat itu mungkin saya tidak menyadarinya. Saya terpatok “balasan lebih banyak”.

Sampai suatu hari, ketika tabungan saya cukup untuk membeli sesuatu yang saya inginkan, dan ternyata saat saya membeli ada diskon. Saat itu saya tidak menganggap itu sebagai balasan, tapi entah kemudian saya terpikir memberikan sisa dari tabungan saya untuk mami. Saat itu niat saya, pengen sekali-sekali kasih uang “besar”. Tanpa ada niat lain.

Tapi beberapa hari setelah kejadian itu, saya dapet kerjaan ngelesi anak SD yang cukup banyak, dan semua tanpa ada tawar menawar masalah pembayara. Pokoknya rasanya dimudahkan banget. Saat itu, tentu saya bersyukur tapi tak sampai yang berpikir, ah ini balesan dari yang kemarin. Sampai beberapa bulan kemudian, suamik (saat itu masih pacar) bilang, “yo iku berkah e nyenengno wong tuo”

Sampai sekarang saya selalu mengingat, meluruskan niat itu penting banget. Masalah balasan itu sudah hak prerogratif Allah. Urusan langit, hehe.

Rejeki juga tak melulu masalah uang, terkadang rejeki juga bisa dalam bentuk jeweran ketika kita melakukan sesuati yang tidak benar. Atau kenaikan seseorang yang bahkan tidak pernah terpikirkan.

Satu cerita lagi, masih tentang ibu/mami saya. Ketika saya mengadakan penikahan (resepsi) keluarga saya tentu diikut sertakan, tapi karena satu dan lain hal tidak ada yang bisa hadir. Tapi mami memaksa datang, tapi tidak mau menginap. Iya, datang sebagai tamu! Mami memang tak suka menginap di tempat orang lain, kepikiran rumah digondol tikus!

Akhirnya beliau memaksa tetap berangkat ditemani tante saya. Bayangkan 2 orang yang sudah lumayan sepuh dari Malang ke Surabaya naik bus. Mau dijemput, nolak, bilang bisa naik taksi nanti sesampai di bungurasih. Kebayang nggak tahun 2010 naik bus dari ujung timur Surabaya ke ujung barat Surabaya. Tapi karena mami ngotot ya wes lah ya, uang bisa dicari, paling nggak mami sampai. 

Cerita menariknya ketika dua orang sepuh ini sampai di bungur asih ditawari taksi, langsung deal harga. Dan tau nggak yang harusnya kalau biasanya bayar 75rban saat itu, mereka deal tanpa tawar menawar di harga 25rb! Sesuai uang yang memang mami rencanakan untuk bayar taksi. Kita memang tidak memberi tahu berapa biaya seharusnya, yang terpikir hanya, yang penting mami sampai.

Jadi ketika sampai, pada bingung mana taksinya? Siapa yang bayar? Dan ketika acara selesai mami baru cerita kronologisnya dengan santainya. Dan bilang “murah ya, naik taksi disini”. Semua pada bengong. Hahaha.

Mami, ya kalau ingat cerita itu saya sekarang nggak heran lagi. Mengingat banyak hal baik yang mungkin bagi orang lain sepele tapi tetap mami lakukan. Menabur kebaikan ya, menuai kebaikan. Rejeki yang tak disangka. Dan itu yang saya pelajari dari mami.

Baca juga : Masih ngeblog?

Maap harusnya membahas tentang rejeki tak terduga, tapi jadi lebih banyak cerita tentang ibu/mami saya. Hehe, lagi kangen! Karena 4 tahun lalu, ditanggal ini 8 November, saya lagi di Malang nungguin mami yang lagi sakit, sengaja pulang ke Malang sendiri biar bisa jagain mami walau hanya semalam. Dan seminggu kemudian beliau berpulang. :)

Dan satu rejeki yang paling tidak akan bisa saya lupakan, yaitu diangkat sebagai anak oleh papi mami. Walau awalnya seperti tidak menerima bahwa saya hanya anak angkat, tapi saya bersyukur... Sangat-sangat bersyukur mereka mengangkat dan membesarkan saya. :)

1 comment: