Pages

Jul 19, 2020

Tentang Pertemanan : Teman menyebalkan?


- Tentang Pertemanan -


Terkadang saya bingung jika diajak bicara tentang pertemanan dan lika likunya. Drama-drama pertemanan, rasanya saya kurang berpengalaman dalam hal ini. Kalau dibilang ansos, juga nggak tetapi ketika ditanya tentang teman dekat, rasanya saya bisa hitung hanya dengan jari di satu tangan saja.

Bukan berarti saya tidak menganggap orang-orang yang sudah dekat dengan saya selama ini bukan teman, bukan.

Tapi, ketika kita hanya mengenal seseorang  dari media sosialnya saja, atau sekedar saling sapa dan bicara di grup WA tanpa ada saling interaksi lain, ya tetap sebagai teman, tapi tidak lebih.
Karena tidak lebih itu, jadinya ketika ada pertanyaan “bagaimana menghadapi teman yang menyebalkan?”. Sebenarnya jawabannya simpel, cukup abaikan. Hahahaha.  Terlebih jika itu di media sosial. Kadang eneg juga ya ketika melihat postingan teman yang segala aib diumbar lah, atau saling sindir, atau kemudian berpandangan politik berbeda.

Kalau di status WA kadang mungkin saya yang menyebalkan bagi sebagian yang mengenal saya, hahaha. Dimana saya kadang langsung samber saja jika tulisannya itu tidak sejalan dengan saya. Bagi saya mending langsung begitu sih, langsung samber dan kemudian menghasilkan diskusi, yang apapun hasilnya ya akhirnya menentukan juga kan tingkat kedewasaan seseorang, hahaha.

Sekali lagi ini menurut saya.

Apa saya tidak pernah saling sindir di status atau media sosial?

Wah ya pasti pernah lah, kadang saya mengungkapkan pendapat saya melalui media sosial kemudian ada yang tidak terima kemudian langsung buat status balasan dengan sindiran. Tapi saya berusaha tidak membalas sindiran begitu itu sih, hahaha. Kalau dulu mungkin ia, tapi makin kesini sudah jarang sekali.

Sekali lagi, semua akhirnya kembali kepada diri masing-masing orang. Bagaimana cara dia melegakan hatinya. Dan kita tentu nggak bisa berharap semua orang akan seperti kita, kan?
Media sosial tempat orang beropini, jikapun kemudian itu kita tidak sependapat ya tinggal tindak lanjutnya aja bagaimana. Dan yang nggak kalah penting untuk disadari adalah tindak lanjut yang kita lakukan itu juga akan dinilai orang lain. Yang kemudian akan menghasilkan opini lain lagi, dan mungkin berbeda lagi dengan kita.

Tentang pertemanan ini ada yang kemudian saya ajarkan pada anak saya. Bahwa ya, berteman memang tidak boleh pilih-pilih. Tapi kita juga harus peka melihat mana pertemanan yang membawa kita pada kebaikan, mana yang toxic. Kemudian juga jangan takut untuk tidak memiliki teman, dengan demikian kamu akan lebih berani mengambil langkahmu sendiri. ;)

Kenapa hal itu yang saya tekankan pada anak saya? Nanti saya ceritakan di post lain waktu ya. Post ini saya buat untuk menerima tantangan dari Ning Blogger Surabaya ;)

1 comment:

  1. Aku tertohok, wkwkwkw
    Soalnya kapan hari dianggap alay bin lebay karena postingan medsos
    La ga hanya saya yang begitu, apalagi dianggap akun olshop wkwkwkw

    ReplyDelete