Feb 11, 2018

Menikah

Bener jaremu cak, rabi iku enak e mung awal tok.
Jreng... jreng... ngawali tulisan kok serem bener ya kalimatnya. Hahaha. Tenaaang, kalimat itu insyaAllah bukan keluar dari mulut saya maupun suami. Seorang teman berkata, dia tak sengaja mendengar dua orang suami sedang berbincang dan kalimat yang dia dengar, ya kalimat itu.


Reaksi saya, kaget pastinya. Bagaimana bisa ada pemikiran seperti itu? Setelahnya, saya bertanya tentang dua lelaki yang sedang berbincang tersebut. Walau apapun keadaannya, sebenarnya tidak bisa menjadi pembenaran ucapan tersebut.

Dijodohkan.

Sebenarnya, dari dulu saya nggak suka dengan jodoh menjodohkan. Karena bagi saya, terkadang sisi lemah perjodohan adalah menjadi kambing hitam ketika hubungan tidak berjalan baik.

Lah, aku dijodohno loh, jadi dasar e aku gak seneng.

See... padahal ketika dijodohkan pasti bisa donk menolak? Kalau tidak bisa menolak, ya cari cara supaya kalau ada pernikahan menjadi pernikahan yang sakinah mawadah warohmah. Sehingga jika tidak berjalan baik tidak sampai menyalahkan perjodohan. Apalagi sekarang kan, ketika orang menggalakkan nikah muda, menghindari zina, juga ta'aruf.

Apa ada yang salah dengan nikah muda? Dengan menghindari zina? Dengan ta'aruf?

Nggak, sama sekali nggak ada yang salah. Itu semua ada kok dalam agama (islam). Hanya saja, kebanyakan hanya mengambil perintah yang sepenggal saja, tidak secara keseluruhan.

Gimana dengan kesiapan?

Seperti halnya dua orang yang bercakap-cakap tersebut. Menjadi seorang pekerja, juga pelajar (mahasiswa) juga menjadi suami sekaligus ayah. Sudah kebayang kan bebannya. Tapi apakah beban itu kemudian menjadikan pembenaran dia mengucapkan kalimat tersebut?

Ya akhirnya, yang jadi pertanyaan, lah terus lapo ndisik rabi?

Dan akhirnya jawaban yang banyak ditemui : menghindari zina.

Kalau sudah begitu, hal yang benar jadi terasa salah kaprah.

Saya sampai dengan menulis ini, masih gak habis pikir dengan kalimat "nikah enaknya cuman diawal". Lah dulu sebelum memutuskan menikah apa sih yang ada dipikirannya? Kebanyakan nonton film kartun yang endingnya happily ever after kali yak. Hahaha. Tuh kan jadi nyalahin film.

Kamu enak, Nge, pernikahanmu adem ayem aja.

Ha ha ha... saya akan tertawa ngakak kalo ada yang ngomong gitu, tapi juga akan saya amini. Doa baik kan itu.

Dan saya jadi kepo, apa sih alasanmu menikah? #diunfollowmassal hahaha

2 comments:

  1. Pernikahan ibarat sebuah benih tanaman yang harus tetap dirawat terus menerus bila ingin benih itu tumbuh sesuai yang diinginkan. Proses menunggu benih tersebut menjadi tanaman yang indah butuh waktu dan energi yang tak sedikit. Tapi ada kepuasan tersendiri bila melihat benih itu tumbuh dengan baik. Begitulah pernikahan buatku.pernikahan yang terasa hambar dan menjemukan setelah berjalan lama mungkin karena masing2 tidak berusaha merawat dengan baik. Pernikahan hanya sekedar menyandang status suami atau istri saja.

    ReplyDelete
  2. Alasan saya menikah? Udah kelamaan pacarannya. Hampir 8 tahun huahaha

    ReplyDelete