Sep 8, 2017

Lebih tenang, dengan adanya asuransi.

Dulu, saat masih sendiri pun sampai akhirnya menikah saya sama sekali tidak terpikir untuk membuat asuransi. Tidak terpikir karena belum tau apa manfaat sebenarnya, terlebih alhamdulillah dulu saya nggak pernah sakit yang mengharuskan saya opname. Jadi seakan belum merasakan bahwa sakit itu mahal!

Kemudian, saat suami bekerja disebuah perusahaan dan oleh perusahaandiberikan salah satu fasilitas berupa asuransi, saya masih belum terlalu ngeh apa manfaat asuransi. Sampai dengan akhirnya saya hamil dan akan melahirkan. Mulai cari-cari info biaya melahirkan di rumah sakit, mulailah saya mikir tentang biaya masuk rumah sakit itu nggak sedikit. Untungnya anak saya yang satu lahir di rumah bidan dan satu lagi lahir di puskesmas, yang biayanya dibilang jauuuuh dibawah rumah sakit dan itupun diganti oleh kantor.

Lalu, kapan saya mulai merasa asuransi itu penting? Ya ketika anak mulai beranjak 6 bulan dimana ia mulai MPASI. Disaat itulah anak mulai bisa dikatakan lebih mudah terserang sakit, karena sebelumnya hanya mengkonsumsi ASI kemudian mulai ada makanan dari luar. Terlebih lagi ketika anak beranjak 1 tahun, dimana ia mulai bebas makan-makanan seperti orang dewasa.

Sakitnya anak kadang cuman batuk pilek, tapi ketika tak kunjung sembuh pastinya juga akan mengganggu tumbuh kembangnya. Saat itulah saya merasa benar-benar tertolong oleh asuransi. Pertama kali mencoba asuransi ketika anak bapil lebih dari 3 hari, dan oleh suami dipaksa untuk ke dokter. Karena asuransi suami hanya bisa digunakan di rumah sakit yang bisa dikatakan untuk menengah atas, awalnya saya ragu... gimana kalau nambah duit lagi karena bukankah banyak cerita bahwa asuransi terkadang tak mengcover semuanya.

Tapi ya, kalau nggak dicoba pastinya nggak akan pernah tau. Berangkatlah kita ke rumah sakit, dan prosedurnya pun tak bertele. Daftar seperti pasien lain, kemudian diberi nomer antrian untuk dokternya, setelah selesai diperiksa dokter kembali lagi ke tempat pendaftaran sekalian untuk bayar. Disinilah saya deg-degan... walau jaga-jaga bawa uang chas tapi kan tetap sayang yaaaa kalau sampai kudu bayar mahal.

Setelah menyerahkan hasil diagnosa dokter dan menunggu beberapa saat, dipanggillah saya. Saya hanya menerima kartu asuransi dan selembar kecil rincian biaya, kemudian mbaknya bilang "nggak ada selisih ya bu... Terima kasih, ambil obatnya langsung ke bagian apotik menyerahkan dulu kartu asuransinya. Semoga cepat sembuh." Saya sempat bengong yang kemudian ditepuk suami, diajak ke bagian apotik. Saat menunggu obat dibuat, saya lihat lagi rincian tadi, dan tambah bengonglah saya. Untuk biaya dokter saja sudah 150.000, dan alhamdulillah gratis eh... dibayar asuransi. Kemudian setelah obat selesaipun yang dikatakan oleh mbak bagian apotik juga sama, bahwa tidak ada selisih. Jadi obatpun gratis, sempat saya lihat rinciannya sampai 600.000.

Dari situ saya benar-benar merasakan manfaat asuransi. Terlebih lagi sekarang anak sudah dua, kadang kalau sakit satu yang lainnya menyusul karena ya... jarak usia yang tak terlalu jauh tidur juga masih kruntelan. Jadi walau ya tetap tak menginginkan anak sampai sakit, tetapi setidaknya ketika anak sakit saya bisa konsen merawat mereka  dan lebih tenang karena biaya berobat ditanggung oleh asuransi.

Seperti tadi, ketika mas Ziandra minta giginya dicabut karena sudah goyang dan mulai terasa sakit. Ya langsung aja ke Rumah Sakit dan sambang dokter gigi. Gak pake mikir biaya, karena sebelumnya sudah pernah, yang harusnya bayar sampai dengan 700.000 jadi gak keluar uang sama sekali.

Begitupun untuk ayah yang merupakan tulang punggung keluarga, kita akhirnya memutuskan untuk membuka asuransi jiwa, supaya lebih tenang dalam menjalani hari.

2 comments:

  1. kalo dari kantor emang nggak berasa mbak
    berasanya itu kalau bayar sendiri hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari kantor itu nggak semua dibayar kantor loh dek... kitanya juga ada dipotong gaji. Yg bikin berasa gak berasa itu kalo ikut asuransi terus nggak kepake... untuk kesehatan ya.

      Delete