Pages

Nov 24, 2015

Sebuah pilihan.

Kemarin saya sempat menulis tentang baper, beberapa teman bertanya, apa saya keberatan kalau ditanya tentang kehamilan anak-anak dulu gimana, anak-anak asi gimana, dan lain sebagainya yang kadang bisa jadi buat baper?



Saya sih nggak pernah keberatan dan insyaAllah menahan diri jangan sampe baper. Saya malah seneng sharing tentang tumbuh kembang anak, tentang kehamilan, atau apapun tentang anak. Berbagi ilmu terkadang berujung kita mendapatkan ilmu juga kan. Tapi ya itu tadi judulnya sharing, tanpa ada judgement siapa yang paling baik, siapa yang paling benar apalagi sampai memaksakan sebuah pemikiran.

Kadang yang jadi lucu adalah ketika saya dibilang pro sufor, atau pro operasi, atau pro working mom dan lain sebagainya yang bertolak belakang dengan apa yang saya lakukan.

Saya pernah dianggap pro sufor karena membela teman karena disudutkan setelah akhirnya tak memiliki pilihan lain selain memberi anaknya sufor. Laaaah, itu kan pilihan orang toh, dia punya pertimbangan sendiri dan pastinya tau kondisi tentang anak dan keluarganya sendiri. Kenapa langsung di cap nggak sayang anak karena akhirnya kasih sufor?

Anak saya dua, dan keduanya alhamdulillah berhasil ASI mulai dari eksklusif 6bulan sampai lulus ASI 2thn, anak pertama bahkan sampe 3thn. Sejak awal saya nge-ASI dan alhamdulillah dikasih kelancaran saya menahan diri untuk tak larut dalam perdebatan tak berujung antara ASI dan sufor. Walau mungkin alasan saya awalnya dangkal banget, saya nggak mau kuwalat. Sekarang ngejudge orang kasih anak sufor karena ASI lagi lancar, eh kalau Allah berkehendak tiba-tiba ASI saya seret gimana coba???

Nggak semua ibu yang ngasi sufor ke anaknya itu alasannya sepele loh, mereka ada yang sampe nangis berdarah-darah memperjuangkan untuk ngasi ASI, tapi ya karena memang nggak bisa terus mau gimana lagi. Atau mungkin ada ibu yang memang sudah manteb anaknya akan dikasih sufor, ya monggo itu semua pilihan. Kita mah cuman bisa ingetin, selagi bisa diusahakan asi ya diusahakan dulu. Yap, cuman gitu nggak perlu ada judgement yang lainnya.

Lah terus ada juga yang karena saya berhasil lulus ASI kemudian mau ajak serta ngejudge yang kasih sufor, maap ye... ponakan-ponakan saya banyak yang sufor dan alhamdulillah mereka sehat sampe sekarang malah ada yang jadi atlet renang. Memang butuh dorongan penuh dari orang tua ketika mereka akhirnya harus memberikan sufor ke anaknya, mulai dari multivitamin, makanan yang baik dan lain-lain sebagai penunjang sufor.

Yah masih banyak hallain yang selalu menjadi perdebatan. Hingga hari ini tadi saya lumayan dibuat jengkel sama seorang temen. Kata niat ajak diskusi ujung-ujungnya nyolot pake marah-marah. Bukan tentang sufor atau asi, tetapi tentang vaksin. Saya lumayan awam kalau tentang vaksin, hanya baca-baca sedikit info tentang vaksin. Dua anak saya semua vaksin, paling tidak vaksin dasar yang ditetapkan pemerintah. Dan teman saya sepertinya antivaksin, saya tidak masalah dengan pilihannya. Saya hanya memberi penjelasan semampu saya.

Yang kemudian cukup membuat saya jengkel adalah kata-kata "nanti anak kamu bakal autis loh kalo di vaksin". Nauzubillah... Kalimat yang terucap itu semacam mendoakan, langsung deh saya akhiri 'diskusi' itu. Ya, kalau memang memutuskan anaknya nggak divaksin ya monggo, tapi nggak perlu lah mendoakan jelek untuk yang tidak sependapat.

Sekali lagi semua itu adalah pilihan, baik buruk dan segala resiko tentu telah diperhitungkan, dan semuanya kembali kepada Allah yang berkehendak atas segalanya.

1 comment:

  1. aku divaksin baik baik aja tuh mbak sampek gede

    susah mah jaman sekarang ngomong mesti atiati banget :)))

    ReplyDelete