Pages

Nov 7, 2015

CaLisTung

Posting terakhir saya tentang anak-anak yang mulai belajar ngaji, dan beberapa waktu terakhir saya posting juga tentang anak-anak yang belajar di rumah. Cukup menuai beberapa reaksi, tentunya tentang usia anak-anak yang belum untuk mulai belajar.

Yup, saya pun dulu mengira begitu, malah dulu saya niatnya anak nggak usah pake sekolah yang namanya Paud. Masa' baru juga umur 2/3 tahun udah disuruh sekolah?



Tapi itu dulu. Awalnya saya terpaksa masukin Ziandra Paud karena kurang lancar dalam bicara dan orang-orang mengusulkan coba dimasukkan Paud. Karena alasan terpaksa itu juga, diawal Paud asal anaknya mau berangkat ya ayo berangkat kalau anaknya nggak mau ya sudah nggak perlu dipaksa. Tahun pertama jadinya ya lebih banyak bolosnya, tapi begitu tahun ke dua malah anaknya yang semangat. Hehehe, ya sudahlah selama anaknya senang kenapa dilarang.

Nah begitupun dengan belajar Baca - Tulis ini. Awalnya saat belajar ngaji sama guru ngajinya diajari juga membaca, metodenya sama seperti belajar ngaji. Dan yang terpenting tanpa paksaan. Yang lucunya lagi, Ziandra di rumah minta belajar juga. Masa' iya saya larang.

Jika di tempat belajar ngaji diajarkan iqro', menulis huruf hijaiyah dan membaca, maka di rumah saya sediakan buku untuk menulis angka dan huruf kecil. Saat belajar semua terserah Ziandra, dia maunya nulis yang mana, mau mengulangi bacaan atau tidak. Sekarang ini Ziandra membuat jadwal belajarnya sendiri. Pagi atau siang hari biasanya setelah acara kartun di TV habis dan malam hari sepulang dari belajar ngaji.


Saat nungguin Ziandra belajar ngaji saya sempat ngobrol dengan Pak Ustad yang mengajar anak-anak. Dan beliau bercerita mengapa kok juga mengajarkan membaca, hal itu dilakukan karena sempat beberapa waktu dulu anak-anak sedikit yang mau belajar ngaji, alasannya adalah karena mereka ada les. Beliau jadi bertanya-tanya, les apa untuk anak yang masih duduk di bangku Paud atau TK?ternyata mereka les membaca. Maka dari itu beliau juga mengajarkan membaca, supaya anak-anak tersebut tetap belajar ngaji sekaligus belajar membaca.

Kalau lihat bagaimana Pak Ustad mengajar awalnya akan shock, bagaimana satu ustad mengajar hampir 40 anak sendirian, atau kadang dibantu istri beliau. Yup, pengajarnya hanya satu (kadang dua) yang belajar bisa sampai 40 (sebagian anak masih iqro', sebagian lain sudah membaca Al Qur'an).

Jadi pertama mereka datang, meminta contoh yang harus ditulis (huruf hijaiyah) kemudian mereka menulis sendiri, kalau sudah disetorkan dan diperiksa. Jika sudah maka antri. Jadi kalau nulisnya lama bacanya bakal paling belakang. Dan anak-anak dibiarkan bermain diarea belajar, terserah main apa saja, kejar-kejaran nata bangku untuk prosotan. Hahahaha. Pak Ustad hanya sesekali mengingatkan, untuk mereka yang belum menulis tapi sudah bermain. Benar-benar tak ada paksaan.

Terus berisik donk? Yup, dan itu tantangan tersendiri untuk anak-anak bagaimana mereka harus konsentrasi. Seperti Ziandra, nulis satu huruf lihat temannya, nulis satu huruf ngelamun, nulis satu huruf ngupil wkwkwkwk. Tinggal dijawil diingetin cepetan nuLis biar cepet baca dan cepet pulang. #emaknya yang pingin cepet selesai#


Kenapa kok Ziandra juga saya ajari nulis huruf kecil, huruf besar, dan angka?

Saya lihat dia tertarik untuk belajar, dan ketika di tawari dia mau. Dan saya ingin menciptakan situasi dimana dia merasa bahwa belajar itu menyenangkan. Selain itu juga karena melihat dari pengalaman anak tetangga. Dimana anak sudah TK besar dan belum bisa membaca, harusnya itu wajar, namun kemudian orang tua menganggap itu tidak wajar hingga akhirnya menuntut anaknya les dan dalam waktu singkat anak tersebut bisa membaca. Selain biaya yang dikeluarkan jadinya lebih besar, terbayang anak sudah diberi target dalam belajar saat ia masih TK pasti lebih berat. Dan satu lagi, anak jadi tidak suka belajar di rumah, lebih suka belajar di tempat les.

Beberapa temen bertanya, kenapa nggak mencoba ngajari sendiri. Untuk yang baca  ya itu karena sekalian aja diajari di tempat belajar ngaji. Lalu untuk ngajinya kenapa saya nggak ngajari sendiri? Karena ilmu saya untuk ngajar ngaji itu nggak mumpuni. Sedang kesalahan diawal mengajar ngaji bisa jadi fatal nantinya kan? 

Sekali lagi, selama pembelajaran tidak membuat anak tertekan... hayuuuuuk aja.

No comments:

Post a Comment