May 12, 2018

Kebiasaan

Beberapa waktu lalu, saya mulai membiasakan anak-anak untuk ikut sholat subuh. Dan sejak itu, sekalian juga saya ajak mereka untuk sholat lima waktu. Dan salah satu cara yang saya lakukan untuk memotivasi mereka adalah dengan reward. Reward kecil-kecilan, hanya membuatkan tabel waktu-waktu sholat dan jika mereka selesai mengerjakan sholat akan diberi tanda centang (✅) sedangkan ketika mereka tidak sholat diberi tanda silang (❎).

Karena dua anak saya usianya cukup dekat, hanya 1,5 tahun jadi cara itu berlaku untuk dua anak. Mungkin untuk adik akhirnya belajar sholat 5 waktu lebih awal daripada masnya. Dan memang untuk mengajak adik untuk sholat lebih susah daripada masnya, tapi ya ketika masnya sholat dan bisa kasih tanda centang, adik tentunya nggak mau kalah. Hahaha.

Yang lucu buat saya ketika proses pembiasaan sholat ini justru komentar dari beberapa teman. Salah satunya adalah merasa saya terlalu menuntut anak-anak untuk melakukan sesuatu yang mungkin belum waktunya buat mereka. Ya, seperti sholat itu. Kan untuk anak seumuran Ziandra dan Zianka masih dalam tahap belajar.

Buat saya, untuk mengajarkan sesuatu yang baik itu lebih cepat lebih baik ya. Aiiiiih kaya kampanye hahahaha.

Anak-anak alhamdulillah sudah hafal untuk bacaan sholat, dan hafalan itu dilakukan tanpa paksaan ya. Mereka bisa hafal bacaan sholat karena sering melakukan sholat isya' berjamaah di tempat ngajinya dulu, yang mengharuskan semua anak yang mengaji saat sholat jamaah membaca bacaan sholat dengan lantang. Nah, karena anak-anak mulai mengaji di rumah jadinya kegiatan sholat jamaah sudah jarang dilakukan. Nah, kalau bacaan itu lama nggak diterapkan lama kelamaan akan lupa. Walau ya, saya sering ajak mereka membaca kembali bacaan sholat sesudah mereka membaca surat-surat pendek setelah ngaji.

Alasan itu, salah satunya. Namun kembali bahwa tujuan saya adalah mengajarkan sesuatu yang baik lebih cepat lebih baik.

Beberapa orang bertanya, "anak-anak kok bisa sih, usia segitu kok gampang banget disuruh tidur siang rutin, terus malem jam 9 udah mapan aja" atau bertanya "anak-anak kok bisa sih suka baca?" atau bertanya "anak-anak kok makannya gampang, sayur juga mau?"

Nah, itu contoh-contoh dari pembiasaan yang saya lakukan. Kalau saya ditanya gimana caranya, sebenernya saya juga bingung jawabnya. Hahahaha, karena apa yang saya lakukan pada anak-anak sampai mereka bisa seperti itu nggak dalam waktu yang singkat. Karena saya juga mencoba membiasakan mereka tanpa paksaan yang keras.

Kebiasaan tidur siang dan tidur malam tepat waktu, mulai sejak mereka mengenal bermain. Karena godaannya tentu ya di bermain itu, kemudian untuk masalah makan ya mulai biasakan mereka makan dengan menu yang ada, bisa juga sejak MPASI. Jadi semua itu merupakan pembiasaan.

Pembiasaan tentu nggak akan bisa dilakukan dengan instan, waktu yang tidak sebentar dan terkadang pembiasaan itu dilakukan tanpa disadari. Karena ada kebiasaan anak yang akhirnya ikut kebiasaan orang tua. Mungkin seperti anak-anak saya yang sudah suka buku sejak kecil, bahkan sebelum mereka bisa membaca, salah satunya bisa jadi karena mereka melihat ibu dan ayahnya suka membaca.

Kebiasaan baik yang dilakukan oleh anak-anak tentu akan lebih terasa seiring berjalannya waktu, sama dengan prosesnya yang tidak instan. Meluangkan waktu untuk menciptakan kebiasaan baik, tentu sangat setara dengan hasil yang nanti didapatkan.


2 comments:

  1. Orang lain tak pernah tahu bagaimana proses kita menanamkan kebiasaan baik kepada anak-anak. Mereka hanya tahu hasilnya

    ReplyDelete
  2. Alah bisa karena biasa ya ... Cuman kadang orang tua tidak sabar dalam proses melatih kebiasaan anak😊

    ReplyDelete