Feb 24, 2018

Musim Pelakor

Musim Pelakor, saya sempat yang mengerutkan dahi saat dua kata itu dijadikan satu. Apa karena sudah begitu maraknya kah, hingga ada istilah macam itu?

Mungkin semua orang juga tau, bahwa selingkuh (baik laki-laki atau perempuan yang melakukannya) itu sudah ada sejak dulu. Adanya perebut suami/istri orang, mungkin nggak terjadi baru-baru ini saja. Lalu mengapa baru ada istilah semacam itu sekarang.

Saya justru melihatnya karena mulai banyaknya orang yang berani untuk bicara dan mengungkapkan. Dulu, mungkin para istri ketika diduakan, cenderung memilih diam  atau kalaupun menyelesaikan dengan tidak banyak orang yang tahu. Sedang sekarang, dengan maraknya social media dan ada pemicu dimana mungkin awalnya hanya satu orang yang berni bercerita langsung deh semua yang merasa menjadi korban mulai berani bercerita juga.

Hal tersebut mungkin ada baiknya, dengan demikian adanya efek sanksi sosial bagi mereka yang melakukan kesalahan, entah itu yang berselingkuh atau mereka yang dengan sengaja menggoda suami/istri orang lain.

Namun, ada beberapa hal yang menurut saya menjadi dampak buruknya.

Ketakutan akan mengalami hal serupa.

Kejadian-kejadian yang menimpa orang lain, kalau disajikan secara terus menurus dan berulang pasti berdampak juga untuk penontonnya. Jika untuk mereka yang sudah bekeluarga mungkin cukup dengan mempererat hubungan dengan pasangan perbanyak komunikasi hingga bisa meminimalisir rasa takut yang mungkin tanpa disadari hadir. Bagaimana dengan mereka yang belum memiliki pasangan?

Berani bicara namun kebablasan.

Terkadang orang yang sedang emosi, ketika melakukan suatu tidakan lebih mendahulukan perasaan daripada pikirannya. Bisa jadi karena merasa bahwa ia menjadi korban, dan keburu emosi tanpa mencoba mencari kebenarannya hingga akhirnya menuduh orang lain secara langsung atau bahkan melalui social media dengan tuduhan pelakor.

Padahal mungkin dia sendiri nggak tahu, bahwa yang berbohong adalah pasangannya yang mengaku masih sendiri. Sehingga orang yang sudah dibohongi/ditipu akhirnya mendapat fitnah sebagai pelakor.

Efek psikologis pada anak.

Mengetahui jika dua orang tua berpisah saja mungkin bisa memberi dampak pada anak, bagaimana jika nantinya ia tahu bahwa cerita tentang ayah ibunya dibicarakam oleh banyak orang? Kita mungkin bisa berkilah kalau bisa memberikan penjelasan pada anak pasti bisa meminimalisir dampaknya. Tapi siapa yang akan tau kedepannya, dari pada meminimalisir dampak bukankah lebih baik meminimalisir agar tidak terjadi, karena ya, jejak digital itu kejam.

Lalu harus bagaimana? Ya kembali kepada masing-masing hubungan, kesepakatan akan bagaimana sebuah hubungan berjalan - bagaimana sebuah masalah akan diselesaikan. Disini, dibutuhkan kedewasaan dalam berhubungan dan menjadi orang tua. Tak lagi memikirkan keegoisan diri.

Mungkin ada yang berpikir "ah elo nggak ngalamin jadi bisa ngomong begitu, coba kalo elo ada diposisi yang suami direbut".

Naudzubillah, saya selalu berdoa hal itu tidak terjadi (lagi) dalam kehidupan saya. Kenapa ada kata lagi? Karena walau alhamdulillah dan insyaAllah dalam rumah tangga saya tidak terjadi, tapi saya pernah menjadi bagian dari sebuah keluarga yang cukup tau bagaimana sakitnya akibat sebuah pengkhianatan.

Kita semua pasti inginnya jauh-jauh dari kata pelakor ini kan, jadi yuk baca juga artikel yang disajikan mbak Melani pemilik blog SAHABAT BLOGGER tentang musim pelakor ini.

4 comments:

  1. Nyesek bacanya mbak, betul setuju banget, jejak digital tidak bisa lepas oleh waktu.. seperti kita berbuat salah tapi diabadikan ya..
    MasyaAllah, semoga semua yang berbuat salah, khilaf, bahkan shoudzon sekalipun diberikan pencerahan sm yang kuasa..

    Semoga kita, dan orang-orang disekitar kita dijauhkan dari musim ini ya mbak.. mending didekat kan dengan musim buah ya😁

    ReplyDelete
  2. Ah, iya bener, Ini ada positif negatifnya juga ya kalau difikir-fikir. Zaman now semakin kejam aja ya, jejak digital itu misalnya, netizen juga sambutannya terkadang diluar dugaan.
    Eh, kadang juga aku ikutan parno karena keseringan denger soal pelakor ini lho :(
    semoga rumah tangga kita semua tetap samawa ya, terjauh dari fitnah pelakor. Aamin

    ReplyDelete
  3. Dan ini lah yang sejujurnya membuatku rada takut dengan sebuah hubungan.

    ReplyDelete
  4. Tapi ada lho Mbak yg melakukan ini dengan enteng mengatakan: kami suka sama suka dan demi cinta abadi. Bahkan ada yg sampai mau dinikah siri tanpa peduli bahwa si lelaki sudah beranak dan beristri. Smoga kita semua dijauhkan dari hal2yg tak baik.

    ReplyDelete