Jan 15, 2018

Kehilangan

Akhir tahun lalu, sempat gempar tentang salah seorang bintang dari Korea meninggal dunia karena bunuh diri. Menjadi begitu heboh, karena di Indonesia memiliki fans yang cukup banyak. Para fans yang mengungkapkan kesedihannya ada diberbagai social media. Apakah aneh? Buat saya tidak.

Walau mungkin, ada yang melihatnya begitu alay, ada yang melihatnya begitu berlebihan. Kok bisa sih sampe segitu sedih? Bahkan kabarnya ada yang sampai nekad melakukan hal yang sama seperti yang idolanya itu lakukan. Kok bisa?

Ya, kadang pertanyaan itu, entah sengaja atau tidak, pasti tercetus. Entah diungkapkan secara langsung atau tidak.

Pagi itu saya menemukan beberapa tulisan terkait para fans yang mengungkapkan mengapa mereka mengidolakan artis tersebut. Sedikit saya bisa berkata, bahwa kesedihan mereka yang berlebihan mungkin juga ada sedikit andil salah kita. Iya, kita. Terlebih mungkin siapa saja yang berada dalam lingkup terdekat.

Kebanyakan dari mereka merasa, bahwa melalui idol itulah mereka bisa menjalani hidup. Ketika mereka terpuruk dan tidak ada yang menopang, ada lagu yang disenandungkan oleh idol mereka yang seakan menyemangati mereka. Lewat lagu itu, mereka merasa didengarkan, merasa apa yang mereka ingin ungkapkan terwakilkan.

Jangan bilang bahwa mereka sudah tidak percaya Tuhan, karena bahkan karena mereka percaya, maka mereka meyakini bahwa melalui artisnya ini Tuhan turunkan untuk mereka. Siapa tau, kan?

Posting ini sebenarnya ingin saya selesaikan dan daya publish tahun lalu, berdekatan dengan momen tersebut. Namun kemudian saya membaca satu buku dan isinya membuat saya berpikir ulang tentang menerbitkan post ini.

Dari dulu sampai kemarin, kalau kamu galau, yang dicari pasti temen, kebetulan aja temen kamu pas ada dan mau nyediain telinga. Nah, pas temen kamu nggak ada, akhirnya kamu malah mewek sambil ngacak-ngacak muka kamu yang emang udah acak-acakan. (Hahaha...) 
 Coba kalau dari dulu kamu ngebiasain nyari Allah kalau lagi galau, Allah mah selalu ada, dan siap ngedengerin apa aja ya g kamu rasa.
Belajar Deket Sama Allah - #HambaAllah
Petikan itu yang saya baca dan membuat saya tidak dapat menyelesaikan tulisan ini. Seorang teman sempat saya kabari bahwa saya menulis tentang kehilangan ini, dan dia menagih tulisan saya. Ketika saya katakan tak jadi menyelesaikannya berserta dengan alasannya, dia mengatakan saya harus mencoba menyelesaikan tulisan ini.

Ya, kehilangan memang tak pernah mudah apalagi jika yang hilang itu begitu berarti bagi kita. Lalu, bagaimana agar kehilangan itu tetap bisa dihadapi, ya petikan itu menjadi jawabannya "mendekat pada Allah". Dan tugas kita, yang mungkin sedikit lebih memahami tentang itu adalah mengajak mereka, bukan malah menghujat mereka yang bersedih berlarut atas kehilangan.

Kita mungkin pernah berada diposisi labil, bersyukurlah jika sudah tidak lagi atau bersyukurlah jika mungkin tak melewati fase itu, tapi bukan berarti orang yang belum melewatinya maka tidak akan melewatinya, justru mungkin tugas kita menjadi batu pijakan mereka untuk dapat melewatinya dengan lebih mudah.


5 comments:

  1. can't agree more.
    kita gak akan pernah tau rasanya kehilangan kalo kita... yah belum merasakan kahilangan..

    #mbulet

    ReplyDelete
  2. Kehilangan, kata yang selalu menghantui banyak orang. Tak ada satupun dari mereka yang mau kehilangan. Apapun itu.

    ReplyDelete
  3. Kehilangan.. pernah tapi ternyata bener. Itu hanya saat labil banget duluuu banget 😂 alhamdulillah rela apapun jalan Nya. Moga selalu begitu yaa kita #eh kok Kita 😂

    ReplyDelete
  4. Setuju, Mbak. Sellau dekat dengan Allah :)

    ReplyDelete
  5. Kehilangan, kadang manis tapi sering kali pahit sampai lupa bahwa hidup harus terus dijalani.
    Padahal ada Allah yang ga pernah meninggalkan kita apalagi menghilang, tapi manusia sering kali lupa arti itu semua, termasuk saya hehe

    ReplyDelete