Sep 6, 2016

Waktu yang tepat

Beberapa waktu lalu, ada kejadian yang buat saya cukup lucu. Anak-anak berebut. Lah, berebut kok lucu?
Awalnya, saat mas Ziandra membuat bola dari remasan kertas bekas, dan adik tertarik. Bukannya minta tolong dibuatin malah langsung main rebut. Otomatis masnya kesel donk, dan mulai berusaha merebut balik. Mulailah rengekan dari keduanya terdengar. Waktu itu, reaksi saya hanya meminta adik mengembalikan bola kertas ke masnya.

Adik menolak dan justru dia yang menangis, terlebih saat akhirnya mas berhasil mengambil bola kertas itu. Lalu mananya yang lucu? Beluuum, cerita tidak selesai sampai di situ.

Saya : Itu bola mas, adik nggak boleh merebut.
Adik : *Masih terus menangis.*
Saya : Adik kalau mau, mnta tolong mas buatin, atau pinjam.
Adik : *Tetap, menangis.*
Saya : Ayo, kalau adik mau, pinjam aja. Bilang, "mas adik pinjam".
Adik : *Mulai tinggal isakan*
Saya : Gak apa-apa bilang pinjam ke mas. Nanti sama mas dipinjami.
Mas : *Berdiri dekat saya, ngeliatin adiknya, mulai nggak tega*
Saya : Mas, mau kan pinjamkan ke adik?
Mas : *Angguk*
Saya : Ayo, bilang pinjam dulu dek
Adik : *Masih terisak*
Mas : *Dekatin adik, dan memberikan bola kertasnya*
Saya : Nah, udah dipinjemin. Sekarang bilang apa dik ke mas?
Adik : *Lap air mata, terdiam megangin bola kertas*
Saya : Ayo, bilang apa?
Adik : *Berdiri, deketin masnya*
Saya : Bilang apa?
Adik : *Liatin saya, terus senyum... MALU-MALU*
Saya : Ayo!
Adik : *masih sambil senyum* Makasi ya Mas.
Mas : Sama-sama

Saya beneran nahan ngakak saat adik senyum malu-malu ketika diminta bilang terima kasih. Tapi, ya harus tahan supaya dia nggak malu apalagi mengurungkan niatnya.

***

Kejadian di atas, berebut, sebenarnya sering terjadi pada anak kecil. Dulu, saat awal hamil Zianka hampir sering saya dengar orang bilang, kasihan masnya... bakal kurang kasih sayang atau bakal dewasa sebelum waktunya.

Sebenarnya dulu saya punya pertanyaan, kapan waktu yang benar-benar tepat?

Semua orang pasti punya pandangan dan penilaian sendiri-sendiri, dan bagi saya dengan dua anak yang memiliki umur berdekatan ini lebih memudahkan. Terutama mengajarkan masalah sifat-sifat baik, seperti berbagi, saling menolong, saling menghargai, berani meminta maaf dan mau memaafkan.

Bukan berarti jika anak tunggal tidak bisa belajar ya, tapi saya merasa lebih dipermudah.

Jika tentang calistung mungkin akan banyak pro kontra, saya rasa jika mengajarkan hal/sifat baik semua orang tua ingin mengajarkannya sedini mungkin. Seperti memberikan salam ketika keluar atau masuk rumah, berdoa sebelum dan sesudah makan atau tidur. Tapi tak melulu itu, hal yang biasanya dianggap 'nggak apa-apa, masih kecil' justru yang musti diwaspadi, karena akhirnya sedikit terlewat dalam mengajarkannya.

Seperti minta maaf ketika melakukan kesalahan. Walau anak masih kecil, ia harus mulai tau mana yang benar mana yang salah. Ketika ia tak sengaja menabrak temannya hingga jatuh, maka ia harus berani minta maaf. Tapi hal ini kadang terlewat jika yang menjadi 'lawan'nya adalah orang yang lebih besar.

Berbagi, mengalah, dan mempertahankan apa yang dimiliki. Ziandra dan Zianka dari kecil sudah terbiasa untuk berbagi karena saya selalu membelikan hanya 1 mainan yang digunakan untuk berdua. Sedang mengalah, tidak hanya untuk masnya saja tapi adik juga harus diajarkan sejak dini. Dan, mempertahankan apa yang dimiliki, ini sedikit kontradiksi dengan mengalah tapi bisa diterapkan secara bersamaan.

Ah ya, tidak melulu menuruti apa yang diminta ini juga penting. Meminta anak untuk menentukan prioritas apa yang diinginkan.

Saya tergerak menuliskan ini ketika mendapati seorang anak yang tidak mau berbagi atau anak yang  selalu menginginkan apa yang dimiliki temannya. Dan orang tua beralasan, wajar... masih kecil, atau wajar... nggak punya sodara (anak tunggal). Wajarkah?

6 comments:

  1. mbayangin adek ka malu2 emang gemesin ya mbak :D hahaha
    tapi suka ih tiap bahas soal pareting gini

    ReplyDelete
  2. Wajar terus, sui sui kurang ajar yo nek besar hahahhaa.. aku juga mentingin akhlak dari pada pelajaran umum wkwkkwkww

    ReplyDelete
  3. Segala sesuatunya sih menurutku harus dimulai sejak dini. Kalo saya, ga ada alesan, ah masih kecil jgn diajarin kaya gitu.
    Karena kebiasaan itu ditanamkan berulang sehingga mendarahdaging.
    Kebiasaan bukan hal instan yg tiba2 kita dapet hasilnya.
    Menurut saya lohhh.

    ReplyDelete
  4. Iya, kakak dan adik memang harus saling.
    Aku suka prihatin kalo ada orang tua yang menekan anak sulung untuk selalu mengalah, selalu berkorban untuk adik. Ahh. Biarpun mengalah itu baik, tapi kalau selalu kan nda sehat. Buat adiknya juga nda baik.

    ReplyDelete
  5. Ngga wajar klo dibiarkan ya non, menurutku. Itu semacam kalimat yg melemahkan anak. Padahal anak2 luar biasa pintarnya..

    ReplyDelete
  6. adik iparku , umurnya baru 5 tahun, baru saja masuk TK.
    masih susah untuk bilang maaf, makasih, dan buang sampah di tempat sampah.
    tapi dikit dikit aku ajari.
    pernah kejadian, niatnya aku kasih uang 1000 untuk dikasihkan ke gelandangan di depan toko. eh malah dilempar ke lantai uangnya.
    ngelus dada..
    tp sekarang sudah mendingan, cuma takut dan malunya yang mbandel

    ReplyDelete