Oct 25, 2015

Ngaji


Itu anak-anak saya sedang belajar ngaji dengan salah satu guru ngaji yang ada dikompleks tempat saya tinggal. Ada beberapa teman yang komentar kecil-kecil kok sudah disuruh belajar yang berat, atau kenapa nggak diajari di rumah saja?


Sebenarnya saya memang berniat memasukkan Ziandra ke tempat belajar ngaji sejak ia ulang tahun yang ke 4. Hal itu sudah saya rencanakan sejak dia mulai suka jika diajak menghafal surat-surat pendek. Saya tentu tidak serta merta memaksa dia untuk mau belajar ngaji, bahkan menghafal surat pendek itupun awalnya bisa dikatakan tidak sengaja.

Saya yang awalnya membacakan surat Al Fatihah sebelum anak-anak tidur ternyata diikuti Ziandra. Ketika Ziandra bisa menghafal surat Al Fatihah saya mulai membaca surat pendek seperti An-Nas dan Al-Ikhlas. Dan ternyata Ziandra mau mengikuti. Sejak itu jika dia sudah hafal satu surat pendek maka bacaan surat pendeknya saya tambah. Nggak gampang memang karena sistemnya belajar sambil santai sebelum tidur. Jadi saya membaca tiga kali surat yang sama, jika dia belum bisa (biasanya karena baru pertama kali saya bacakan) maka dia hanya akan menyimak. Ketika mulai bisa dia akan mengikuti. Sampai akhirnya dia bisa membaca sendiri tanpa saya ikut membaca.

Nah sejak itu saya mulai terpikir ajarkan dia membaca huruf hijauiyah. Awalnya sama seperti menghafal surat pendek, saya hanya mencontohkan dan dia menirukan. Hingga akhirnya dia lebih sering bilang capek. Saya akan stop sampai beberapa waktu dan memulai lagi.

Karena dia suka belajar inilah saya dan suami akhirnya memutuskan untuk ajak dia belajar ngaji ke tempat ini. Itu juga tidak langsung dipaksa. Dikenalkan dulu, disuruh lihat dulu situasi belajarnya. Hari pertama tentunya nggak mau jauh-jauh dari emaknya. Tapi begitu hari kedua saya cukup menunggu dari jauh. 

Saat hari pertama itu juga yang beradaptasi bukan hanya Ziandra tetapi juga saya, saya ingin melihat bagaimana metode belajarnya. Bagaimana cara menangani anak-anak yang belajar. Dan yang membuat saya sreg, bapaknya sabaaaar dan nggak maksa. Kalau anak nggak mau ya gak dimarahin. Jadi metodenya bisa dibilang sedikit sama dengan saya, beliau memberi contoh dan anak-anak mengikuti. Cuman bedanya, kalau saya satu huruf saya mau anaknya hafal dulu baru lanjut huruf lain, kalau beliau sepertinya lanjut terooos kalau nggak lancar baru diulang. Jadinya saya siasati dengan ajarin lagi Ziandra di rumah, kalau dia mau hahahaha.

Lalu Zianka? 

Awalnya Zianka hanya sebagai pengantar. Tapiiiiii, menurut gurunya anaknya berani gak apa dimasukkan sekalian, walau belum bisa apa-apa ya nggak apa-apa, walau cuman ureg-ureg ya nggak apa-apa. Dan yang terpenting, Ziankanya sendiri minta untuk belajar ngaji. Hari pertama saat pulang dari mengantar masnya, Zianka terus berceloteh "Bu, besok adik ngaji juga ya..."

Ya sudah selama anaknya mau dan gurunya siap menghadapi, kenapa tidak.

Oia, sistem pembayarannya berupa sodakoh diawal masuk jadi benar-benar meringankan. Dan ketika anak naik "kelas" atau iqro'nya diadakan syukuran kecil-kecilan.

Soleh dan solehah terus ya Nak....

No comments:

Post a Comment